by Faaizi L. Kaelan
Antara sinar mata dan benda berkabut
di hadapan kita terbujur garis lini
sebuah interval episode melodrama;
sungai yang terus mengalir ke jantungmu
tak henti, tak jua akan berakhir
dimana epilognya kupotong
sebagai misa bunga-bunga musim gugur
Sepanjang garis jalan hidup
aku teteskan igauan giris seorang pengemis
mengiba kasihmu; hujan deras sore hari
damailah engkau dalam pusara beku berlumut
Lalu, kusentuh keningmu dengan getar bibirku
menyebut namamu berulang kali
meresap dalam tanah kering berkapur
aku pun tengadah dan berlutut
menyiram kuburmu dengan derai tangis
: sebuah upacara tua yang kupercaya
1996
3 komentar:
Permisi, saya numpang baca puisi saya, he..he...
hehehe... mas faizi... jadi malu... aku ngefans berat sm puisi2nya :)
Posting Komentar