Minggu, Juni 05, 2011

Dalam Doaku

Oleh Sapardi Djoko Damono



Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara…

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana…

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu…

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku…

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku…

Aku mencintaimu…
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu…



-Kumpulan Sajak "Hujan Bulan Juni", 1989-

Pada Suatu Pagi Hari

Oleh Sapardi Djoko Damono



Maka pada suatu pagi hari

ia ingin sekali menangis

sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu…

Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik

dan lorong sepi…

agar ia bisa berjalan sendiri saja

sambil menangis dan tak ada orang bertanya

kenapa…

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk

memecahkan cermin membakar tempat tidur…

Ia hanya ingin menangis lirih saja

sambil berjalan sendiri

dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.


-1973-