Kamis, September 03, 2009

Asmaradana

Oleh Goenawan Mohamad


Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang
jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.

Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani
lagi.

Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.

8 komentar:

BrenciA KerenS mengatakan...

kalo puisi ini aku lumayan ngerti maksudnya...

Enno mengatakan...

hayooo... maksudnya apa mbakyu?

;D

fanny mengatakan...

bagus tapi meraba2 artinya nih. meraba dalam gelap dan hening.

Enno mengatakan...

ini tentang cerita damar wulan...

:)

ROe mengatakan...

emang mantabs si goenawan mohamad ini.. nice post

Enno mengatakan...

iya bener.. thx ya :)

-Gek- mengatakan...

Wadao..
Nama blognya keren..

I'm falling in love with moon.
;)

Puisinya keren juga, tapi sedih ya...

Enno mengatakan...

iya gek, ini puisi ttg perpisahan...