Ia berharap kau mengingatnya
Sebagai ketidakjujuran yang kau sembunyikan.
Kau tahu ia ingin menonton film itu. Film yang dibintangi Nicolas Cage.
Dan kau bilang padanya, kau tidak ada waktu. Selalu pulang malam.
Lalu ia menemukan di halaman pribadimu, petunjuk bahwa kau ternyata telah menontonnya.
Pasti dengan seseorang.
Kau tak lagi bersedia menjumpainya di malam-malam yang lebih awal.
Ia ingat ketika kau datang lewat jam sembilan malam.
Ketika ia bertanya maka kau bercerita tentang lembur dan boss yang tidak masuk kerja. Tetapi kau tak menyadari ia menghitung jarak dan waktu perjalanan.
Seberapa jauhkah kantormu dengan rumahnya?
Tiga jam perjalanan terlalu berlebihan, kecuali kau telah mengantar dulu seseorang.
Mungkin bagimu helm yang tersangkut di stang sepeda motormu bukan petunjuk tentang sesuatu yang kau sembunyikan.
Tapi ia mendengar helm itu bicara dalam bahasanya yang bisu. Ia baru saja dipakai seseorang.Yang kamu jemput dan antar pulang.
Dan seberapa jujurnya kau ketika ia mendesakmu untuk menjawab?
Apakah kau dan perempuan itu sudah putus? Tanyanya.
Kau bilang sudah. Tetapi kau masih memanggil perempuan itu ‘kekasihku’.
Kau harus jujur, tuntutnya. Apakah kalian sudah putus? Tadi kau masih memanggilnya sebagai kekasihmu.
Kau malah balik bertanya: lalu?
Maka perempuan itu menjawab, bahwa ia punya prinsip.
Aku tidak mau jalan dengan kekasih orang. Begitu katanya.
Dan kau bersikeras menjawab perempuan itu bukan lagi kekasihmu. Kalian hanya masih saling peduli.
Ah, setiap orang paling bodoh pun akhirnya tahu. Kau memang hanya peduli pada perempuan itu. Diam-diam masih bertemu dengan perempuan itu.
Tak ada yang berubah. Kalian masih sepasang kekasih.
Ia menelan setiap potong ketidakjujuranmu dengan harapan yang sia-sia.
Berharap suatu hari kau menyadari hatinya yang tulus siap memaafkan.
Tetapi kau semakin menjauh, kembali menekuni dunia semu dengan perempuan itu.
Kau tidak merasa bersalah. Kau menulis setiap potong perasaanmu pada perempuan itu di setiap halaman pribadi.
Setiap lembar fotomu tentang momen-momen terbaru bersama perempuan itu.
Meski sepantasnya kau tahu ada yang akan menyimaknya dengan sedih.
Ia berharap kau mengingatnya.
Sebagai ketidakjujuran yang kau sembunyikan.
Ketika kau mencoba untuk menjadikan dirinya obat untuk berpaling.
Lalu meninggalkannya begitu saja.
Ketika kau merasa tantangannya sudah tak ada.
2009
2 komentar:
Puisinya ok banget, kalau judulnya bisa diartikan Kangen... karena berharap mengingat.
ok. tetap semangat menulis puisi.
and jangan lupa kunjungi blogku ya..
thank's
sama sekali bukan kangen...
saya berharap dia mengingat supaya lain kali tidak membohongi orang lagi.
:)
Posting Komentar